Selasa, 31 Maret 2009

Puisi

Lautan
Tuhan Maha Pencipta
Tuhan ciptakan lautan
Untuk hidup aneka ikan
Juga hidup terumbu karang

Kini majulah zaman
Laut dirusak manusia
Ikan dibom seenaknya
Pohon bakau dibinasakannya

Bila laut pasang tiba
Banjir melanda
Entah kota maupun desa
Hati memelas derita nestapa

Maka,mari lestarikan lautan
Tuk ciptakan ketentraman
Berikanlah kemakmuran
Jaga ciptaan Tuhan

Melati

Tak pernah pudar keputihanmu
Harum semerbak menusuk kalbu
Kaulah tempat ku mengadu
Kala sedih datang membelenggu

Kau buat aku selalu rindu
Bak kupu- kupu menginginkan madu
Ku ingin selalu didekatmu
Membawa kesenangan tiap waktu

Melati, hatimu sangatlah suci
Membawa kedamaian abadi
Pembasuh luka dan benci dihati
Melati,kaulah teman sejati


Perang

Tiada henti darah mengalir
Membasahi bumi pertiwi
Berangsur- angsur tiada henti
Damai satu tumbuh lagi

Hati menangis tiada henti
Menyaksikan perang terjadi
Peluh darah menjadi bukti
Kekejaman para insani
Yang lupa diri

Menyesal tiada arti
Karena itu sudah terjadi
Hanya doa yang dapat ku beri
Dan kupanjatkan pada Ilahi
Agar perang tidak terjadi lagi

MASA SULITKU

Bumi tempat kakiku berpijak

Menapaki setiap detik perjalananku

Tuk mencapai segala asa


Di saat sebuah beban menerpa

Anginpun ikut berdesah murka

Menindas tubuh yang lemah ini

Tak berdaya menahan nista


Langkah hidupku yang terhenti

Tak mampu berdiri kembali

Tekad hidup yang selama ini kujalani

Hilang sudah ditelan sepi


Ingin rasanya kupergi

Dari dunia yang kelam ini

Membawa sejuta kenangan pahit

Hitam kelam yang teramat sakit


Namun... ku yakin Tuhan

Engkau tak meridhoi pilihanku

Kau tak setuju dengan jalanku


Kau masih memberiku peluang

Tuk menghapus segala ujian

Dengan cinta dan kasihmu Tuhan

Ku kan berdiri tegap

Menatap sejuta bintang

Tuk mengisi kembali waktu yang terbuang


DERITA HATI


Saat laknat manggerogoti hati

Ketika cinta telah lenyap

Akankah ku terima kenyataan pahit

Yang tak pernah hinggap dalam angan 


Ukiran kisah terkikis sudah

Bersama mimpi di masa lalu

Pedihnya rasa in gin meledah

Membuat hati semakin pilu


Cinta... 

Berat kata ini terucap

Risih telinga mendengar

Tapi hati tak bisa di pungkiri


Ketika cinta mulai berlabuh

Saat hati mulai bersemi

Pisau derita merajam semua

Hingga hanya menyisakan luka


Luka yang sulit terobati

Perih yang selalu menghantui

Laknat isyarat benci

Mungkin inilah derta hati


CINTA


Cinta.....

Satu kata tapi bermakna

Ribuan cermin hati menjelma

Bagai bunga indah mempesona


Tumbuh benih dalam hati

Merasuk ke dalam raga

Seindah inta dan permata

Melebur segala asa



RANGKAIAN CITA


Dalam sebuah penantian

Terdapat harapan yang mencuat

Di relung kebatinan

TUK mencapai segala asa


Rangkaian cita

Terpupuk ke dalam jiwa

Mengobarkan semangat prasaja

Menginspirasi pencapaian cita

Cita yang tak hanya dalam kata


Cita butuh pengorbana

Pengorbanan yang tak seberapa

Pengorbanan jiwa dan raga

Dan keiklasan tuk menyebut nama-Nya


ARTI KEMERDEKAAN


Kawan, tahukah kau arti kemerdekaan yang sesungguhnya?

Mengertikah kau arti bhineka tunggal ika?

Kemerdekaan bukan hanya bebas dari penjajahan

Bhineka tunggal ika bukan hanya perbedaan pendapat


Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kebebasan

Tanpa pandang kaya dan miskin

Kemerdekaan adalah hak

Hak setiap warga dan negara


Bangsa kita belum merdeka kawan

Bangsa kita belum bebas

Masih banyak kejahatan

Masih ada mara bahaya dan rintangan


Terorisme dan perang masih mengancam

Busung lapar dan kemiskinan masih melanda

Bencana alam masih mengguncang

Kebodohan semakin bertambah


Mari kawan

Wujudkankemerdekaan yang sesungguhnya

Dengan jiwa nasionalisme dan patriotisme

Kita wujudkan mimpi dan cita-cita bangsa

Kita perangi perbedaan dan permusuhan

Tuk menuju Indonesia yang merdeka


BENDERA

Para pahlawan pendekar bangsa

Dengan gagah dan ksatria

Melawan penjajah jepang dan belanda

Untuk mengibarkan sang saka


Hari ini...

64 tahun sudah kau berkibar

Di atas tiang bendera

Dengan gagah dan perkasa


Berkibarlah benderaku

Di tanah Indonesia

Negara yang kaya dan tercinta





Karya :Iza Shafera H
SMP 1 Takeran



Ku Ingin Selalu Berkarya

Tangan ini masih mampu
Menulis kata-kata indah
Berbentuk goresan tinta pada pena
Lambang curahan makna dan jiwa

Ku tulis satu per satu
Ku tekuni syair-syair itu
Demi masa depanku
Demi cita dan impianku

Meski sajakku tak berbaju
Takkan putus semangat dan harapan
Yang tersimpan dalam kalbu

Pada sumpah dan langkahku
Tak kusiakan kesempatan
Untuk selalu berkarya
Selagi aku masih mampu

Karya : Iza Shafera H

SMP 1 Takeran


SAJAK UNTUK GURU

Angin bagai penyejuk kalbu

Mengisi ilmu agar tak membeku

Memberi kedamaian di dalam jiwa

Lewat nada penuh keiklasan


Dengan pengabdian tiada batas

Kau tebarkan ilmu yang kau punya

Sebagai tanda kasih dan cinta

Demi masa depan putra bangsa


Peluh darah menjadi bukti

Pengorbanan jiwa sejati

Lantunan kata penuh makna

Kau tanam pada setiap raga


Tak pernah sekalipun kau sesalkan

Ilmu dan waktu yang terbuang

Bagimu kami adalah titipan

Yang perlu sebuah bimbingan

Karya : Iza Shafera H


SEHATI


Disaat duka bersemayam di jiwamu

Kurasakan apa yang kau rasa

Kesedihanmu, kepedihanmu, kehancuran jiwamu

Kutahu semua itu


Walau tak ada kata yang terucap

Atau air mata menggenang jatuh

Tapi kutahu teman

Dibalik senyummu terpancar luka yang dalam


Teman, 

Jangan kau bohongi aku

Dengan senyum manis di wajahmu

Dengan kata- kata indah ucapanmu


Teman, 

Kebahagianmu adalah kebahagianku

Kesedihanmu adalah goresan duka bagiku

Kepedihan hatimu adalah luka bagiku

Kehancuran dirima adalah kehancuranku


Karna, kita satu hati teman

Kita satu jiwa

Tawa dan candamu adalah sinar bagiku

Dan lukamu adalah darah di jiwaku


DOA TENGAH MALAM

Disaat malam telah kelam

Kutadahkan tangan mohon ampunan

Sujud syukur kupanjatkan

Akan kehadiranmu Tuhan smesta alam


NamaMu tlah terpatri di jiwaku

KeagunganMu tersirat di setiap detak nadiku

KehadiranMu ada di setiap langkahku

KesucianMu cahaya terbesar bagi hidupku


Dalam kegetiran hatiku

Engkau datang bagai teman

Tempa diriku bersandar, bergelanyut, bergantung

Meratapi hidup dalam lingkaran dosa


Ya Allah

Tunjukkan aku jalan keridhoanMu

dari himpitan kebosanan hidupku

Dari dosa yang kian menerpaku

Dari kerapuhan jiwa tanpa iman


Tuhan, 

Kurindu akan diri- Mu

Kuhaus akan lantunan ayat suci-Mu


Jika aku bisa menembus langit

Akan kucari cahaya magfirahMu

Sebagai tuntunan tuk berjumpa denganMu

Dari hidup yang hanya punya tekad


Karya : Iza Shafera H

SMP 1 Takeran


Bumi Yang Dulu


Mengapa angin tak bertiup lembut?

Menyeruakkan hati yang mulai resah

Menggetarkan jiwa dikala bimbang

Kala lantunan gema adzan berkumandang


Langit kini kian redup

Seperti iman umat yang mulai rapuh

Di saat lantunan ayat suci urung terdengar

sajak- sajak maksiat kian membahana


Kini alam mulai bosan

Menyimpan dosa kelalaian insan

Tak ada kata sesal  bagi mereka

Yang takut akan diri-Nya


Mereka lalai, mereka ingkar

Belenggu dosa telah menjeratnya

Kemaksiatan telah membutakan mata hatinya


Aku rindu bumi yang dulu

Bumi yang indah, damai,ramah

Tanpa angkara dan tanpa murka


Karya : Iza Shafera H

SMP 1 Takeran


 

BETA

 

Sudah salah diri beta

Cari harta tanpa ragu

Sudah keliru jalan beta

Korupsi uang di tanah ibu

 

Dulu negara tak tahu

Akan manisnya gerak tipu

Dulu pakar keadilan tak curiga

Adanya musuh berselimut sutra

 

Kini semuanya nyata

Nistaku telah terungkap

Jeruji besi menunggu disana

Mengurung diriku hilang lenyap

 

 

 

SYAIR ANGIN

 

Tiupan angin lembut kesepian

Mungkin dialah teman terbenam

Merajut benang- benang putih

Berlapis cahaya penerang kegelapan

 

Didekatnya, mata hatiku tumpah

Mulutku terkatup tapi bersuara

Melantunkan nada bisu

Meminta sutera cahaya sang angin

Tuk meniti kembali jembatan patah

 

LAGU BISU

 

Suaranya tak mampu terdengar

Mengantarkan nada bisu

Dalam ayunan keadilan

 

Guratan- guratan nada

Kuukir sampai ke hati

Lagunya bising, lagunya sumbang

 

Harmoni- harmoni kutukan

Tak sampai terdengar diri

Hanya tersimpan dalam angan

Menaruh kebencian yang dalam

Dalam lagu bisu

Hati ini geram

Buas taringnya tapi tersembunyi

Takut akan kekuasaan sang penerkam

 

 

HITAMKU

 

Hina nista meradang asa

Dipeluk malam telah gulita

Gelisah hati menyandung bala

Terseret aku ke hitam dunia

 

Mati rasa takut beta

Dilindas waktu bertahun lamanya

Menyeret dosa menelan murka

Berkantung tingkat derajat saja

 

Rindu dia tiada juga

Benak ini sudah

Bertopeng tirai merebut segala

Hingga lupa akan diri-Nya

 

Terlena aku dibuai harta

Menutup malu bertemu Dia

Sesalku akankah diterima

Tuk kembali ke pangkuan-Nya

 

SALAH SIAPA

 

Apa yang terjadi disekitar kini ?

Anak pintar tak bisa sekolah

Menjadi kuli manusia berduit

Tersandung beban hidup berat

Siap menerjangnya hingga liang lahat

 

Ijasah kini hanya buatan

Tiada asli hanya khayalan

Uang maju cepat segera

Semua terkendali, aman terjaga

 

Sulit untuk ditafsirkan

Hidup ini tinggal drama

Permainan penuh sandiwara

Lebih mudah lari ke setan saja

 

Ini semua salah siapa ?

Bil hukum sudah dibuat

Manusianya sembunyi berkhianat

Selayang hiang secepat kilat

Ajaib bukan ?

 

Semua buta, semua tak bisa terbaca

Kita sudah terlena

Iman kita teganti nafsu belaka

 

Kita luput dalam lingkaran semu

Yang buram tak terlihat

Kita hanyut dalam tirai kelabu

Tak punya pegangan dalam penjara nafsu

 

Iza Shafera H

Kelas VIII A

SMP 1 Takeran

 

 

Penantianku

 

Tak henti firman-Mu kuucap

Bersama sujud adzan penantian

Hingga habis air mata ini

Mengharap ridho Yang Maha Suci

 

Aku berserah mengharap rindu

Pada-Mu Tuhan hanya satu

Jadikan aku kekasih hatimu

Tanpa ragu tanpa keliru

 

Penantian ini tiada henti

Sengsarakan diri hingga pasrah

Laku ini tetap mengarah

Rinduku Tuhan slalu tercurah


NARKOBA

 

Dia datang tak bertuan

Tak punya malu

Tak punya kawan

 

Hidupnya tersembunyi

Hidupnya jauh dari insan taat

Yang patuh akan perintah- Nya

 

Ia kawan bagi penjahat

Ia kawan bagi pemakai

Ia pintu dari kehancuran

 

Dirinya selalu mencari mangsa

Berbekal impian- impian kabur

Yang tak akan jadi nyata

Mampu bermain sandiwara

Tuk merayu manusia ingkar

 

Dalam jeratan nistanya

Manusia akan mati

Tak bisa lari, tak bisa sembunyi

Hidup dalam jeratan tangis

 

MELATI

Tumbuh kemilau menyibak hati

Bertabur warna putih berseri

Subur suci indah laksmi

Di pangkuan ibu pertiwi

 

Hidupnya mengarang menerjang

Tegar gagah maju ke depan

Semangatnya membara terbakar api

Titipan kemenangan pejuang negri

 

 

Karya : Iza Shafera H

SMP 1 Takeran

 

 





Rabu, 11 Maret 2009

Cerpen

Setangkai Mawar Berduri

Bel tanda istirahat telah berbunyi.Seperti biasa Fera mentraktir makanan untuk teman-temannya.Maklum,ayahnya adalah ketua perusahaan terkenal di kotanya.Walaupun ia kaya,tapi ia tidak sombong.Banyak teman yang senang pada Fera terutama Tere.Tere adalah teman setia Fera,banyak hal yang mereka lakukan bersama
Suatu hari Fera merasa ada yang aneh pada sikap Tere kepadanya.Sikap aneh itu mulai Fera rasakan sejak ada Winda,anak baru.Yang kata teman-temannya keluarganya lebih kaya dari pada keluarga Fera.Sejak itu Fera jauh darinya dan seperti tidak mengenaliku lagi.” Ter,besok siang kita jalan-jalan ke mol, yuk!”,ajaknya kepada Tere.
” Sorry, aku nggak ada waktu untuk pergi ke mol bersamamu ” kata Tere,sambil pergi meninggalkan Fera.Fera kaget sekali dengan jawaban Tere yang satu ini. Seumur-umur,Tere tidak pernah berkata kasar kepadanya.
Hal ini membuat Fera penasaran, ia semakin ingin mendekati Tere. Namun, usaha Fera sia-sia. Tere tidak memberikan respon sama sekali pada semua ajakan Fera.
Ditengah keputusasaannya, siang itu, Rita dan Mona teman satu kelas Fera, memanggilnya. “ Fer, boleh kami berbicara sebentar? “kata mereka hampir bersamaan.
“Silahkan,memangnya ada apa?”
“Tapi tidak disini.Bagaimana kalau ke warung Bi Inem ? sepi dan aman ”, kata Mona .
”Rupanya sangat penting ya?”tatap Fera kepada kedua sahabatnya itu.
”Sangat penting, Fer!”sahut Mona tandas.
Setelah masing-masing menerima suguhan es teh dari Bi Inem,Mona membuka pembicaraan.
” Ini tentang sikap Tere kepadamu Fer.”
” Maksudmu? ”
” Tere mau berteman denganmu hanya karena kekayaanmu. ”
” Ah, jangan mengada-ada, dia itu sahabatku yang setia, masa setega itu?”
” Sebelumnya kami berpikir begitu.Tapi siapa tahu hati orang ?”
” Aku tak tahu persis,” sambung Rita yang kemudian menguraikan cerita dan kejadiannya.
Di pagi itu, Tere dan Winda datang bersamaan. Setelah meletakkan tas,mereka bercakap-cakap. Inti dari cerita mereka adalah bahwa Tere mau berteman dengan Fera hanya karena kekayaannya.Dan sekarang, Tere telah mempunyai teman yang lebih kaya dari pada Fera.
Seperti tidak punya tulang, badan Fera lemas seketika. Teman yang dia anggap sebagai saudara itu ternyata seperti setangkai mawar berduri

Karya : Iza Shafera H
SMP 1 TAKERAN

Sahabat Sejati

Pagi yang cerah di sebuah ruang kelas,tepatnya kelas 7a tampak ramai karena hari iai guru biologi tidak hadir pada jam pertama.Dan hari ini Syifa beruntung karena datang terlambat ke sekolah.Ban sepeda Syifa tiba- tiba kempes saat ia mampir di sebuah toko "Senggal Waras".Dia terkejut karena dari rumah sampai toko obat sepedanya baik- baik saja.Tak terpikir keluh kesah ia menuntun sepeda dengan sifat sahajanya, hingga sampai ke sekolah. Sesampai di kelas,Syifa merasa lega karena guru biologinya tidak hadir meskipun di ruang piket dia tadi dihukum keliling lapangan sepuluh kali.
Tiba-tiba terdengar suara yang membuat telinga Syifa panas.
"Cieh...si putri, kesiangan baru dateng ni ye..."
Syifa hanya diam dan menuju bangku belajarnya, di depan meja guru.
"Heh...jawab dong,punya mulut kan?"si wanita congak menggertak.
"Maaf, saya bukan putri Sa?"anak itu bernama Rossa.Dia anak terkaya dikelasnya dan berobsesi menjadi penguasa kelas.
"Ha...ha...ha...ya jelaslah kamu bukan seorang putri,kamu tuh layak di panggi gembel,ya ga guys?"Rossa berseru kepada teman- temannya. Teman-temannya kompak menyahut.
"Ya dong, so pasti."Lalu mereka meninggalkan Syifa dalam keadaan terpaku.
Setiap hari Syifa selalu jadi sasaran hinaan Rossa dan kawan-kawannya, karena Syifa tergolong anak miskin di kelasnya. SMP Syifa ini adalah sekolah untuk orang-orang kaya, jadi jika ada yang miskin akan menjadi hinaan tahunan.
Penderitaan Syifa tak hanya di kelas, tetapi juga berlanjut di luar sekolah. Ternyata ban sepeda Syifa sering kempes karena ulah si Rossa. Syifa dalam hati ingin memberontak tapi apalah daya, akan menimbulkan masalah baru yang lebih berat derita yang dialaminya.
Kegigihan Syifa belajar adalah senjata untuk melawan kesombongan Rossa. Karena Syifa bercita- cita ingin menjadi pengusaha sukses. Suatu hari saat jam olahraga,Rossa berkata,"Cuih...siapa nie yang badannya bau kayak kambing? jijik." Teman temannya juga menyahut,"Siapa lagi kalau bukan...Syifa si gembel hutan, ha...ha...ha...". Syifa membela diri,"tolong ya ,memang saya nggak mampu membeli parfum tapi saya selalu hidup bersih!"
Bersih gimana, rumah aja kayak gudang, kamu tuh yang bersih cuma satu, bersih uangnya alias melarat, tukas Rossa.
Syifa hanya beristigfar dalam hati untuk menahan amarahnya. Kemudian Syifa meninggalkan mereka dengan muka bersedih.
"Tolong...tolong... siapa diluar,tolong aku..." suara teriakan dari kamar mandi.Syifa yang mendengar teriakan itu, bergegas menghampiri sumber teriakan yaitu kamar mandi.
"Tolong,menjauhlah dari pintu!"tegas Syifa."Dubraak"pintu pun terbuka.Di dalam kamar mandi itu seorang remaja cantik yang tak lain adalah teman akrab Rossa. Namanya Dewi. "Kamu kenapa bisa terkunci disini?"tanya Syifa. "Aku...aku...hik...hik...hik..."jawab Dewi sambil sesenggukan.Tak lama ia melanjutkan,"Rossa yang mengunciku disini karena aku aku belum membayar pajak kecantikan padanya?"
"Pajak kecantikan?"tanya Syifa penasaran."Iya, pajak kecantikan. Itu pajak khusus buat genk kami doank,untuk lebih mempercantik diri tapi tidak lebih cantik dari Rossa",sahut Dewi.
"Ouw...Syifa merespon.Dewi kemudian menceritakan panjang lebar tersiksanya Dewi masuk genknya Rossa.Dewi merasa seperti buruh yang selalu diperintah Rossa. Masalah berdandan pun juga tidak boleh cantik dari Rossa. Benar- benar pengekangan HAM.
Seminggu kemudian, sejak datang ke kelas, Rossa selalu marah-marah tanpa alasan. Ketika teman-temannya mendekat termasuk Dewi,yang bermaksud untuk menghibur, malah dimaki habis-habisan. Akhirnya mereka pun menjauh. Syifa yang melihat hal itu, sebenarnya ingin sekali menghibur Rossa meskipun selama ini dia telah menyiksa Syifa setiap hari. Namun Syifa yakin kalau Rossa berhati baik. Sifat sombongnya dimaklumi Syifa karena sejak kecil Rossa kurang mendapat kasih sayang orang tuanya yang sibuk bekerja untuk uang.
Dua hari kemudian,berita heboh pun tiba. Bukan gosip lagi,tapi kenyataan pahit yang harus dihadapi Rossa. Ayahnya terlibat kasus korupsi uang sebesar lima milyar dan sidang pun menjatuhi hukuman bagi ayahnya tersebut lima tahun penjara. Berita itu adalah malapetaka bagi Rossa yang terlalu membanggakan dirinya pada semua orang.
Mendengar berita itu, teman-teman Rossa serentak memberontak, karena Rossa sekarang sudah miskin. Rossa pun jadi bahan olok-olokan temannya. Rossa pun pasrah saja. Akhirnya Rossa pergi ke kamar mandi sambil menangis. Syifa mengejarnya.
" Ros... kamu baik- baik sajakan?" simpati Syifa.
" Diam kamu...pergi gembel",Rossa menggertak.Syifa hanya diam tapi tidak pergi. Dua menit kemudian Rossa memeluk Syifa sambil menangis terisak-isak seraya berkata" Maafkan aku ya Syifa?"
" Maaf untuk apa?",Syifa menjawab.
" Ya, kesalahanku dalam menyiksamu,menghinamu,atas kesombonganku selama ini?"
" OO...itu, sudah kumaafkan dari dulu",sahut Syifa enteng.
"Apa? kamu sudah maafkan aku? apa kamu tidak dendam padaku Syifa?" melas Rossa.
"Tapi ada satu syarat?" pinta Syifa.
"Apa itu?"tanya Rossa penasaran.
"Maukah kamu jadi sahabatku", Pinta Syifa.
"Tentu saja Syifa", jawab Rossa.
Sejak saat itu Syifa dan Rossa bersahabat, dan lambat laun teman-temannya mau berteman lagi dengan Rossa. Rossa baru sadar bahwa teman sejati bukan berasal dari kekayaan tapi dari hati.

Karya : Iza Shafera H
SMP 1 TAKERAN


Maafkan Aku, Bunda

" Jalankan masih luas, Bunda," Kata Rita kesal.
" Iya sayang, tapi sebaiknya kita harus berhati- hati dan jangan lupa mengucap nama Allah agar selamat," kata Bunda dengan penuh perhatian.
" Pokoknya aku nggak peduli."
Bunda terkejut dengan kata- kata anaknya. Sedangkan Rita pergi ke kamarnya. Dia menutup pintunya dengan keras. Selama ini Bunda Rita selalu menasihati Rita agar jangan terlalu ke tengah- tengah dan bercanda ketika di jalan raya. Tapi Rita tidak pernah mendengarkan kata- kata bundanya dan terkadang dia meniru- niru kata- kata yang diucapkan bunda ketika menasihatinya.
Keesokan harinya Rita harus naik sepeda sendiri ke sekolahnya. Nia, teman Rita, sedang sakit jadi tidak bisa pergi ke sekolah.
Di tengah perjalanan Rita teringat kesalahan kepada bundanya, tanpa sadar Rita mengayuh sepedanya terlalu menengah. Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi meluncur dari arah depannya. Rita terlambat menghindar. Masih didengarnya jerit dan teriakan dari orang- orang sebelum pandangannya mengabur dan kesadarannya hilang sama sekali.
Pertama Rita melihat wajah bundanya menangis sesenggukan di kepalanya. Kemudian beberapa orang berpakaian putih- putih yang tidak ia kenal.
" Dimanakah aku," suara Rita hampir tak terdengar.
" Kamu berada dirumah sakit Rita,"suara bunda terbata- bata.
Pikiran bunda cepat bekerja. Ya, Rita baru sadar sekarang, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi telah menabraknya. Rita merintih menahan sakit di sekujur tubuhnyaketika bunda mendekatinya dan mencium keningnya penuh kasih.
" Bunda, maafkan Rita ya, karena Rita tidak pernah mendengar nasihat bunda," kata Rita.
" Bunda sudah memaafkan kamu, yang penting kamu cepat sembuh dan jangan mengulanginya lagi."
Sejak saat itu Rita selalu mendengar semua nasihat bundanya. Sekarang dia sadar bahwa nasihat itui sangat berguna.

Karya : Iza Shafera H
SMP 1 Takeran

Kejujuran Mendatangkan Kemujuran

" Bruk"
" Apa ini",kata Lia sambil mencari- cari benda yang telah ditabraknya.
" Wah, jam tangan, bagus lagi, tapi punya siapa ya."
" Kuambil ah, kan sayang, tapi kata pak guru kita tidak boleh mengambil barang milik orang."
Memang tadi siang, Pak guru Arif bercerita tentang mencuri, dan apabila kita mengambil barang milik orang berarti kita sama saja seperti pencuri.
Sejenak hati Lia masih bimbang.
" Huh, aku harus mengembalikannya, tapi harus kukembalikan kemana?"
" Pokoknya besok aku harus mencari siapa pemilik jam tangan ini."
Lia pulang dengan membawa jam tangan yang ditemukannya. Keesokannya Lia berangkat sekolah lebih pagi. Dia ingin segera mengetahui pemilik jam tangan itu. Di tengah perjalanan dia melihat seorang anak sebayanya sedang mencari sesuatu.
" Sedang apa kamu," kata Lia.
" Aku sedang mencari jam tanganku yang hilang," jawab anak itu.
" Apa jam ini," kata Lia lagi.
" Iya, kok kamu tau sich," kata anak itu dengan senang.
" Kemarin aku menemukannya," kata Lia sambil menyerahkan jam tangan itu.
" Terima kasih ya, eh...siapa namamu, aku Mona?" kata anak itu memperkenalkan dirinya.
" Aku Lia? "Lia menjawabnya, sambil menjabat tangan Mona.
Setelah berkenalan sejenak, mereka harus berpisah, karena mobil yang menjemput Mona telah menunggunya. Lia melanjutkan kembali perjalanannya menuju sekolah.
Siang harinya, Lia melihat mobil Mona didepan rumahnya. Lia menghambur masuk ke dalam. Ternyata didalam ada Mona dan ayahnya, ibunya juga ada disitu.
" Lia, cepat ganti baju, Mona sudah menunggumu dari tadi," kata ibunya lembut.
" Iya bu," kata Lia penuh hormat.
Setelah rapi Lia bergabung dengan mereka. Ternyata Mona ingin memberkan hadiah kepada Lia karena dia telah menemuka jam tangan Mona. Jam tangan itu sangat berharga bagi Mona karena itu adalah kenang- kenangan dari sahabat lamanya.
" Terima ya Li, anggap saja ini hadiah untukmu," kata Mona, sambil menyerahkan hadiahnya.
" Maksih ya," kata Lia yang agak malu mengambilnya.
" Buka dong," kata Mona mendesak agar Lia membuka hadiahnya.
Ternyata isinya adalah tas sekolah yang sangat bagus. Waktu di perjalanan tadi pagi, Mona melihat tas sekolah Lia yang sudah jelek, lalu timbul rasa kasihan dihati Mona. Akhirnya Mona membelikan tas sekolah untuk Lia. Hati Lia senang sekali. Mona juga senang, karena dapat membalas kebaikan Lia. Kejujuran memang dapat mendatangkan kemujurn.

Karya : Iza Shafera H
SMP 1 Takeran

Adikku Sayang

" Makanya kalau jalan itu lihat- lihat, jangan nyelonong, kayak pencuri aja," maki Rina kepada adiknya.
Adiknya berdiri dengan menundukkan kepalanya. Matanya berlinang air mata. Ia sedih karena Rina marah kepadanya. Padahal adiknya cuma ingin mengajaknya bercanda. Maklum, usia adik Rina baru empat tahun.
" Udah jangan cengeng," kata Rina lagi.
" Rina, kasihan adikmu, dia khan masih kecil," kata ibunya sambil mengajak adik Rina pergi.
Memang dari dulu Rina sangat benci kepada adiknya. Mungkin karena orang tuanya telah membagi kasih sayangnya kepada adik Rina.
Suatu hari adik Rina menjatuhkan jam tangan Rina sampai pecah. Dengan marahnya Rina mendorong adiknya sampai tersungkur di lantai. Kepala adik Rina berdarah karena menabrak lantai.
Rina bingung apa yang harusa dilakukannya. Ia memanggil- manggil ibunya.
" Astaqfirullah haladim, ada apa ini Rina, cepat telepon ayahmu," kata ibunya sambil mengangkat adiknya untuk dibawa ke rumah sakit.
Dirumah sakit ibu dan ayahnya cemas. Mereka khawatir kalau adik Rina sampai gagar otak. Timbul rasa bersalah dihati Rina.
" Bu, maafkan Rina ya, ini semua gara- gara Rina, kalau saja Rina nggak egois, pasti semua ini nggak akan terjadi," kata Rina tersendu- sendu.
" Ini memang sudah takdir sayang, kita berdoa saja agar adikmu cepat sembuh, kamu tidak usah merasa bersalah terus, kita jadikan ini sebuah pelajaran," kata ibu Rina dengan nada suara yang penuh kasih sayang.
Rina sedikit lega dengan jawaban ibunya. Ia berjanji setelah adiknya sembuh, ia akan menyayanginya.
Setelah sekian lama, akhirnya dokter yang memeriksa adik Rina keluar. Rina, ayah dan ibunya memburu dokter tersebut.
" Bagaimana keadaan anak saya dok," kata ayah Rina cemas.
" Kepala anak bapak hanya terluka sedikit, untung tidak sampai gagar otak, hari ini sudah boleh pulang," kata dokter itu dengan tenang.
" Apakah saya boleh melihatnya dok," kata Rina tidak sabar ingin bertemu dengan adiknya.
" Oh silahkan, adikmu sudah menunggu," jawab dokter.
Rina dengan langkah seribu bergegas menuju kamar adiknya di rawat. Sampai disana Rina menangis dan meminta maaf pada adiknya.
" Dik, maafkan kakak ya, kakak yang membuatmu seperti ini kata Rina terbat- bata.
Adik Rina mengangguk. Mata adik Rina berkaca- kaca. Sejak itu Rina selalu sayang kepada adiknya dan tidak pernah memaki-makinya lagi.

Karya : Iza Shafera H
SMP 1 Takeran

SEBERKAS CAHAYA


Pgi itu masih buta. Suara kokok ayam hanya terdengar liri dari kejauhan. hiruk pikuk masyarakat masih belum terlihat. Hanya beberapa orang saja yang tampak sibuk menyiapkan barang yang akan mereka bawa ke pasar untuk dijual.

Dingin masih menyelimuti tubuhku yang kurus kering. Selimut tua lusuh yang menutupi sebagian tubuhku, tak mampu menghalanginya. Tak ada alasan bagiku pada saat ini untuk turun dari kamar. Hanya saja tepikan dari seseorang telah mengganggu tidur lelapku. Namun aku tak segera bangun. Masih malas rasanya melepas kantuk yang masih menghinggapiku.

" Kun, cepat bangun," kata orang tadi padaku.

" heh, ada apa? Aku masih ngantuk," kataku sambil menggeliat

" Cepat bangun, kamu tidak ikut solat subuh? Teman- teman sudah menunngu tuch," katanya sambil mengguncangkan badan ku lebih keras.

" Ah, untuk apa aku ikut sholat. Toh, biasanya aku juga tidak melakukannya."

" Sudahlah, jangan banyak bicara, cepat mandi sana," suruhnya padaku.

Aku memang baru saja masuk di pondok ini. Tepatnya kemarin, aku baru bergabung.

Orang tuaku yang telah bercerai lima tahun lalu mengakibatkan kondisi jiwaku terganggu. Dulunya aku adalah pemuda yang pintar dan mempunyai kehidupan yang bagus, namun sekarang semua itu telah lenyap Aku hanyalah pemuda yang pemarah, bertampang angker, dan menakukan.

Itu semua karena lingkunan penjahat yang mengubah diriku. Sejak orang tuaku berpisah, aku pergi dari rumah dan mencari dunia baru. Dunia yang bisa menghapus semua luka, amarah dan pelampiasanku.

Aku bergabung dengan para penjahat satu tahun silam. Disinilah semua sifatku berubah. Setiap hari aku beserta para penjahat lainnya merokok dan minum- minuman keras di pos gudang kami. Tidak jarang juga aku ikut merampok dan mencopet uang serta barang milik orang lain.

Kejadian lusa, mengakibatkanku masuk disini. Waktu itu aku hendak mencopet dompet ibu setengah baya, namun sialnya aku dikejar masa dan diamankan polisi. Namun untungnya aku tidak \sampai babak belur dan diantar ke pondok pesantren ini.

Guyuran air yang dingin membuat badanku lebih segar. Baju koko berwarna terang kupakai dan pas dengan ukuranku. Memang pondok ini menyediakan baju muslim untuk para santrinya. Rambut yang selama ini terlihat kumal kusisir rapi. Ah, hari ini aku lebih keren dari biasanya. Senyum simpul mengembang di bibirku.

Tidak ada lagi kalung preman yang melingkar di leherku sebagai tanda persahabatan para penjaht. Kepala pondok ini melarangku memakai dan harus aku buang.

Kulangkahkan kakiku pergi ke masjid bersama teman yang membangunkanku tadi. Udara pagi hari memang sangat sejuk kurasakan, karena memang sebelumnya aku tak pernah keluar pagi, dan lebih memilih untuk todur.

Lantunan ayat suci Al- Quran membuat bulu kudukku merinding. Suara yang lembut dan indah telah menyanyat hatiku. Tubuhku terasa lemas dan tak mampu lagi untuk berdiri. Sepasang mata yang sejak tadi memperhatikanku, berjalan mendekatiku.

" Ikun, kenapa tidak masuk ke dalam," tanya orang itu.

" Pak ustad. Saya....... Tidak pantes, Pak. Saya orang jahat," kataku lemah.

" Ikun, sebenarnya kamu bukan orang jahat. Masa lalumu saja yang membuatmu demikian. Saya yakin Allah akan mengampunimu. Ayo masuk, kita solat subuh berjamaah, ajak Pak ustad sambil menuntunku.

Aku menurutinya saja. Rangkaian rukun solat sudah selesai kujalankan. Dengan tangan gemetar kutadahkan kedua tanganku ke depan. Kupanjatkan ampunan dari sang pencipta. Air mata yang terbendung di kelopak mataku tumpah. Takut, malu, sedih, menyesal telah terbaur menjadi satu. " Ya Allah, ampunilah dosaku. Berikanlah aku seberkas cahaya yang menuntunku keluar dari dunia yang kelam ini," bisik hatiku.

Karya : Iza Shafera H

SMP 1 Takeran






Ibu. . .

Namaku Vera. Aku bersekolah di SMP favorit di kotaku. Aku punya teman sebut saja namanya Yuda. Dia ini bandelnya luar biasa. Guru- guru saja sampai kewalahan mengatasi aksi- aksi kenakalannya. Setiap hari ia harus keluar masuk ruang BP karena tiap hari juga dia melakukan pelanggaran. Salah satunya ialah apabila hari ini dia masuk pasti keesokan harinya dia membolos.
Entah kenapa pada diri anak itu. Guru- guru dan kami sebagai temannya pun tidak ada yang tahu. Bagaimana bisa tahu? Dia saja apabila ditanya selalu bungkam seribu bahasa. Apalagi jika guru-guru bertanya tentang orang tuanya dia pasti bersikap acuh tak acuh dan langsung nyelonong pergi tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Bagi kami Yuda adalah sosok setan berwajah dua. Terkadang dia bersikap pendiam dan tidak mau diganggu tapi tidak jarang pula dia berulah badung yang tiada habisnya. Guru BP pernah mendatangi rumah Yuda. Mereka ingin mendapat keterangan tentang dia dan keluargantya. Syukur- syukur jika disitu mereka menjadi tahu apa yang membuat Yuda menjadi demikian. Tapi hasilnya selalu nihil. Rumah Yuda selalu sepi dan tertutup rapat- rapat. Seolah mereka melarang tangan- tangan halus ini menyentuh rumahnya dan mengotak- atik isi di dalamnya.
Hari ini ada kejutan istimewa dari dari guru. Yuda akn dikeluarkan dari sekolah karena guru sudah tidak sanggup lagi untuk membimbingnya. Sebagai anak yang terlalu sering mendapat kelakuan nakalnya seharusnya aku senang dan gembira seperti teman- teman lainnya karena tidak akn ada lagi lagi pengganggu yang membuatku kesal setiap harinya. Tapi ternyata hati kecilku tidak berkata demikian. Aku merasa kasihan padanya. Karena sejak itu dia selalu muram apalagi kini ia kami sudah duduk di kelas tiga. Dan tinggal sebentar lagi akan dilaksanakan UAN.
Hari ini aku sibuk melaksanakan piket untuk membersihkan kelas. Dari sejak datang tadi aku harus susah payah naik turun bangku untuk membersihkan langit- langit kelas dari sarang laba- laba. Memang capek rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Tiara yang biasanya tugas piket denganku tidak bisa masuk sekolah karena ada kepentingan. Toh, ini juga sudah menjadi tugas.
Aku beristirahat sejenak. Melepas lelah. Kuambil minuman kaleng dari dalam tas yang kubeli tadi pagi. Tak berapa lama air minuman itu telah berpindah lewat kerongkongganku. Segarnya! Ucapku lirih. Setelah tenaga kembali terkumpul. Kuteruskan pekerjaanku tadi. Kertas dan bungku-bungkus makanan ringan yang berada di lorong- lorong meja kuambili. Satu persatu lorong meja kuperiksa. Mataku kini tertuju pada beberapa lembar kertas yang ada ditanganku. Kertas- kertas itu kuperoleh dari lorong meja paling ujung. Meja Yuda. Hatiki ragu. Apakah kubuang saja kertas-kertas kecil ini ? Ataukah sebaliknya. Kalau kubuang bagaimana kalau ini nanti dicari pemiliknya ? “Akh lebih baik kubaca terlebih dahulu” pikirku. Tulisan di kertas itu memang tidak rapi bahkan bisa dikatakan berantakan. Tapi aku masih bisa membacanya.

( BERSAMBUNG )

Selasa, 03 Maret 2009

biodataku

Nama:Iza shafera hardiyanti
Tempat tinggal:tawangrejo,takeran,magetan,jawa timur
shio:tikus
Zodiak:libra
Buku favorit:laskar pelangi,oliver twist,sang pemimpi,harry potter
Sekolah :SMP 1 TAKERAN
Hobi : membaca,bulu tangkis,menulis
Cita-cita : atlet bulu tangkis
Motto:Kemampuan tidak datang dari fisik tapi dari keinginan yang keras